Abu Huroiroh ra. menyatakan, Muhammad Rosululloh Saw bersabda,
“Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum’at, kecuali jika kamu berpuasa
(sehari) sebelumnya dan sesudahnya.”
(HR. Muslim)
Singkat
cerita, saya tak pernah mengamalkan semua itu. Saya yang sejak SMP sudah
berusaha mengamalkan wirid hariannya Imam Al Ghozali dan sulit istiqomah,
mendapat wiridan yang lebih berat jelas merasa pesimis. Membaca 666000 ribu Al
Fatihah setiap hari di alam yang berisik seperti Jakarta saya pastikan tidak
mampu waktu itu. Lalu soal puasa di hari Jumat pun tidak pernah saya amalkan.
Tentu
saja ada rasa malu tiap kali berkunjung ke rumah saudara yang tokoh spiritual
itu, dan takut kalau-kalau ditanya soal amalan itu. Alhamdulillah tak pernah
diajak membicarakannya. Mungkin kalau pada suatu hari harus menjelaskan kenapa
tak saya amalkan, rasanya yang paling tepat katakana saja: berat atau tidak
mampu.
Membaca
Al Fatihah sebanyak itu andai dipecah lima kali lalu dibaca usai sholat wajib
bagi orang yang hidup di rantau yang harus berhadapan dengan bermacam pekerjaan,
dalam pikiran saya waktu itu sulit untuk khusyu. Melakukannya sambil
beraktifitas ternyata lebih rumit lagi. Maka saya ambil hikmahnya saja, yang
mungkin tujuan semua itu untuk melatih konsentrasi, selanjutnya yang saya
lakukan tetap wiridan yang ringan-ringan saja. Dan untuk puasa saya pilih yang
Senin dan Kamis (ini pun kalau lagi kepingin).
Di
sini saya hanya ingin bercerita tentang diri saya yang tidak pernah nurut
begitu saja pada seseorang. Sepertinya ini bawaan lahir, sehingga saya sering
merasa heran melihat banyak orang rela membiarkan dirinya dikuasai oleh orang lain
atau suatu kelompok tanpa sikap kritis (setidaknya pada diri sendiri). Saya tak
pernah membela seorang teman yang saya anggap salah, bagaimanapun dia kecewa
karena saya tak berpihak pada dirinya.
Sebagai
penutup, soal saya tak bisa puasa pada hari Jum’at, bukan karena hadits di atas
juga, tapi karena di Jakarta biasanya saya Sholat Jum’at di Cililitan yang
rutin usai sholat ada acara makan berjamaah juga. “Sungguh hari Jum’at itu
merupakan hari raya bagi kalian, karena itu janganlah kalian
berpuasa. Kecuali apabila
kalian juga berpuasa pada hari sebelumnya dan hari sesudahnya.” (HR. Bazzar). Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar