Kamis, 03 Mei 2018

TENTANG PUASA DI HARI JUM'AT


Abu Huroiroh ra. menyatakan, Muhammad Rosululloh Saw bersabda,
“Janganlah kamu berpuasa pada hari Jum’at, kecuali jika kamu berpuasa (sehari) sebelumnya dan sesudahnya.”
 (HR. Muslim)

Saya punya pengalaman pernah meminta amalan pada seseorang—masih ada ikatan saudara--yang dipandang sebagai seorang guru spiritual. Padanya banyak orang meminta nasihat, doa-doa dan segala hal yang lazim dilakukan orang kebanyakan ketika sudah mentok berpikir. Saya yang waktu itu akan merantau ke Jakarta oleh ibu saya disuruh meminta sesuatu, mungkin maksudnya agar jadi pegangan hati agar tidak mudah terpengaruh hal-hal yang mengganggu. Saya menurut dan diberi catatan yang harus dibaca setiap hari dan agar berpuasa pada hari Jum’at (alasannya itu hari kelahiran saya).

Singkat cerita, saya tak pernah mengamalkan semua itu. Saya yang sejak SMP sudah berusaha mengamalkan wirid hariannya Imam Al Ghozali dan sulit istiqomah, mendapat wiridan yang lebih berat jelas merasa pesimis. Membaca 666000 ribu Al Fatihah setiap hari di alam yang berisik seperti Jakarta saya pastikan tidak mampu waktu itu. Lalu soal puasa di hari Jumat pun tidak pernah saya amalkan.

Tentu saja ada rasa malu tiap kali berkunjung ke rumah saudara yang tokoh spiritual itu, dan takut kalau-kalau ditanya soal amalan itu. Alhamdulillah tak pernah diajak membicarakannya. Mungkin kalau pada suatu hari harus menjelaskan kenapa tak saya amalkan, rasanya yang paling tepat katakana saja: berat atau tidak mampu.

Membaca Al Fatihah sebanyak itu andai dipecah lima kali lalu dibaca usai sholat wajib bagi orang yang hidup di rantau yang harus berhadapan dengan bermacam pekerjaan, dalam pikiran saya waktu itu sulit untuk khusyu. Melakukannya sambil beraktifitas ternyata lebih rumit lagi. Maka saya ambil hikmahnya saja, yang mungkin tujuan semua itu untuk melatih konsentrasi, selanjutnya yang saya lakukan tetap wiridan yang ringan-ringan saja. Dan untuk puasa saya pilih yang Senin dan Kamis (ini pun kalau lagi kepingin).

Di sini saya hanya ingin bercerita tentang diri saya yang tidak pernah nurut begitu saja pada seseorang. Sepertinya ini bawaan lahir, sehingga saya sering merasa heran melihat banyak orang rela membiarkan dirinya dikuasai oleh orang lain atau suatu kelompok tanpa sikap kritis (setidaknya pada diri sendiri). Saya tak pernah membela seorang teman yang saya anggap salah, bagaimanapun dia kecewa karena saya tak berpihak pada dirinya.

Sebagai penutup, soal saya tak bisa puasa pada hari Jum’at, bukan karena hadits di atas juga, tapi karena di Jakarta biasanya saya Sholat Jum’at di Cililitan yang rutin usai sholat ada acara makan berjamaah juga.  “Sungguh hari Jum’at itu merupakan hari raya bagi kalian, karena itu janganlah kalian berpuasa. Kecuali apabila kalian juga berpuasa pada hari sebelumnya dan hari sesudahnya.” (HR. Bazzar). Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar