Romadlon tinggal beberapa tarikan nafas lagi, sudahkah anda dapat Lailatul Qadar? Lailatul qadar yang konon turun pada malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Romadlon tentunya tinggal menyisakan satu kesempatan. Ya, besok malam ke duapuluh sembilan semoga tidak kita sia-siakan. maka sebagai bekal pada kesempatan terakhir tahun ini, berikut saya kutipkan dari Ensiklopedi Nurcholish Madjid sesuatu yang saya pikir layak dibaca dan direnungi. Semoga Romadlon kali ini tidak sia-sia.
Berkaitan dengan usaha-usaha mendapatkan malam lailatul qadar (Arab:
laylat al-qadr), setidaknya seseorang harus terlebih dahulu memiliki persiapan
ruhani. Kesiapan ruhani tersebut dimaksudkan untuk menyambut kedatangan
lailatul qadar, sehingga dengan sendirinya orang yang tidak memiliki kesiapan
ruhani tidak akan mendapatkan lailatul qadar.
Adapun pelatihan dan persiapan yang dilakukan untuk mendapatkan
lailatul qadar, di antaranya adalah dengan menjalankan ibadah puasa secara benar.
Kemudian, menjelang datangnya lailatul qadar, sebagaimana dianjurkan oleh
Rasulullah Saw., hendaknya memperbanyak qiyâm al-layl dan berzikir, perenungan,
serta ihtisâb, seperti yang disabdakan dalam sebuah hadis yang berbunyi, “Barang
siapa berpuasa karena keimanan kepada Allah, dan melakukan
penghitungan kepada diri sendiri, maka diampuni dosa-dosanya yang
lalu.”
Ihtisâb (self-examination) adalah sikap mau mengoreksi diri
sendiri dengan menghitung-hitung amal perbuatan. Siapa yang tidak mau melakukan
perenungan dan self-examination maka akan sulit mendapatkan lailatul
qadar. Karena hati orang yang tidak mau melakukan koreksi diri adalah indikasi
hati yang tertutup oleh kesombongan diri. Kesombongan diri karena merasa
dirinya paling benar dan suci.
Di sinilah kiranya sikap jiwa menantikan datangnya lailatul
qadar dapat diparalelkan dengan sikap tobat dari melakukan dosa dan kesalahan. Dan
di dalamnya harus ada sikap rendah hati dan ketulusan. Kegiatan tersebut
biasanya dilakukan bersamaan dengan melakukan iktikaf pada malam hari. Melalui
iktikaf, seseorang dapat merenungkan keadaan dan keberadaan dirinya sehingga
iktikaf menjadi momentum yang sangat tepat untuk melakukan pencarian makna
hidup yang paling esensial, seperti dalam bahasa Jawa dikenal istilahsangkan
paran dumadi, atau untuk apa hidup, dari mana datangnya hidup, serta akan
ke mana hidup ini? Seluruh pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang
eksistensial dan identik dengan ihtisâb, melakukan self-examination selama
menjalankan iktikaf.
Memperbanyak kegiatan ibadah untuk menantikan datangnya lailatul
qadar sebagai persiapan ruhani dilakukan tanpa harus meminta bantuan orang
lain. Hal yang demikian juga membuktikan betapa dalam Islam tidak dikenal
ajaran mitos atau kultus individu dalam beribadah. Artinya, setiap orang Islam
dapat melakukan amalan ibadah tanpa harus melalui perantara. Anjuran untuk memperbanyak
ibadah, memohon ampunan kepada Allah Swt. Sepanjang bulan puasa khususnya, juga
tidak harus menggunakan bahasa Arab. Menggunakan
bahasa sendiri juga tidak apa-apa karena sesungguhnya Allah Swt. Maha
Mengetahui dan Mendengar.
kapan ya lailatul qadr ini ada tahun ini
BalasHapusmungkin kemarin ya mas
Tomo: kayaknya sih semalam hihi
BalasHapus