Muhammad
Rosululloh Saw bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya
ujian. Apabila Alloh Ta’ala mencintai suatu bangsa, maka Alloh menguji mereka. Sehingga
siapa saja yang ridlo (rela), maka Alloh akan meridloinya. Barangsiapa yang
murka, maka Alloh akan memurkainya.”
(HR.
Tirmidzi)
Di
grup WA yang saya ikuti, tadi pagi masuk surat terbuka --yang minta di-viral-kan-- ditujukan kepada Presiden RI
yang isinya tentang keluh kesah guru honorer. Saya tentu saja tak menuruti
permintaan penulis surat itu, saya hanya membalas dengan emoticon lucu. Bagi saya yang tidak pernah tertarik sama sekali
jadi pegawai negeri, mendapati guru-guru honorer yang menuntut dijadikan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) rasanya menggelikan—karena mekanisme perekrutan PNS
sudah jelas dan siapa yang menyuruh mereka jadi guru?
Menjelang
lebaran, ketika berita gaji ke 13 dan THR untuk PNS kian santer, memang wajar jika hal itu membuat para guru honorer yang
merasa lebih berat beban kerjanya daripada guru yang sudah berstatus pegawai
negeri tapi pendapatan ekonominya justru kecil menjadi gerah. Gaji PNS yang
makin besar, ditambah gaji tambahan dan THR yang juga besar, siapapun yang
setiap hari bekerja di suatu tempat yang sama, tahu siapa layak dihargai
keringatnya dan siapa makan gaji buta, pasti dongkol karena merasa diperlakukan
tidak adil. Tapi beginilah hidup berpola, maka berbahagialah orang-orang yang
sabar dan ikhlas, sesungguhnya Alloh Maha Tahu dan Maha BIjaksana.
Negara
kita sulit dipungkiri masih dalam masa-masa krisis. Upaya pemerintah lepas dari
krisis yang telah berlangsung lebih dari duapuluh tahun terus menghadapi
kendala besar. Kegelisahan warga baik yang wajar maupunpun yang terus disulut
dan dikipasi oleh kelompok yang ingin mengganti penguasa yang sekarang terus
meluas. Barang kebutuhan pokok harganya naik turun sulit dikendalikan, dolar
melambung-lambung, dan sebentar lagi lebaran tiba, mereka yang lemah ekonomi
pasti sedang pusing tujuh keliling dan pasti emosinya mudah labil.
Saya
sendiri juga bukan orang yang banyak uang, bahkan mungkin bisa dibilang pas-pasan, namun alhamdulillah tidak terlalu
terbebani oleh keadaan. Kenyataan ada orang lain yang hidup lebih pas-pasan
bisa melonggarkan dada dan memanjangkan nafas. Saya selalu ingat kata-kata Cak
Nun pada suatu ketika, beliau bilang: “Memangnya
siapa kita minta hidup enak dan mengeluhkan kesusahan, bahkan orang-orang yang
dimuliakan-Nya –para nabi, rosul dan orang-orang soleh—mereka kebanyakan hidup
dengan kesusahan dan penderitaan.” Ya,
keridloan mereka dalam menghadapi kesulitan hiduplah yang membuat mereka mulia
dan jadi sosok teladan.
Semoga
kita tetap mampu memelihara akal kita, ditambahkan ilmu dan dilapangkan jalan
kita oleh Alloh Subehanahu Wata’ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar