“Muliakanlah
anak-anakmu, dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang mulia.”
(HR.
Ibnu Majah)
Beberapa pekan
lalu dalam sebuah pengajian rutin di mushollahnya, Kiai Rosyidi (ulama
kharismatik yang tinggal di Jatibarang, Brebes, Jawa Tengah) berkata:”…yang
ceramah, seakan tidak bisa berhenti, siang malam ngomong terus. Tapi ummat
kenapa tetap saja begini, yang nyolong tetap nyolong, yang menipu terus menipu…
kenapa? Karena yang ngomong tidak melakukan yang diomongkannya.” Klise memang,
tapi saya terkesan mengingat sulit mendapati seorang mubaligh yang berani
ngomong begitu.
gambar: kopertis12.or.id
Persoalan
kita sekarang ini adalah akhlak. Budi pekerti, keperibadian yang luhur seakan
sudah bukan yang utama lagi. Manusia saling memangsa antar sesama, kebaikan
cuma tipu muslihat demi keuntungan sesaat. Tungganglanggang ke sana ke mari,
lalu mentok di dinding materialisme. Ada yang bilang sekarang zaman jahiliyah
modern, tapi cobalah lebih cermat membaca, bisa jadi masa jahiliyah di Makkah
dulu kalah jauh dari yang ada di saat ini.
Apa makna
pendidikan di zaman ini? kalau melihat lembaga-lembaga pendidikan yang ada kini
pasti sangat sulit untuk memahami apa sebenarnya pendidikan itu. Maka harus ada
jarak, mundur beberapa langkah sampai dirasa kita telah lepas dari dunia yang
selama ini mengurung kita, lalu cobalah membaca dengan kritis. Rosululloh
Muhammad SAW mengatakan dirinya diutus untuk urusan akhlak, maka kita sebagai
kadernya, sebagai makmumnya memiliki tanggungjawab menjaga misi itu. Pendidikan
adalah ikhtiar orang beriman membangun keperibadian yang mulia.
Semoga di tengah hingar bingarnya tekhnologi informasi, di alam yang serba kabur, kita
tetap kuat, tetap bergairah menjaga kemanusiaan dan memperjuangkan kemuliaan
dengan berpegang pada budi pekerti yang mulia itu. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar