Selasa, 01 Mei 2018

HARI BURUH BUKAN HARI BUDAK


Ibnu Umar ra. mengungkapkan, ada seorang laki-laki bertanya
kepada Nabi Saw, “Ya Rosululloh, berapa kali aku harus memaafkan budak (pelayan)ku?” Muhammad Rosululloh Saw bersabda, “Sehari tujuh puluh kali.”
(HR. Tirmidzi, Abu Dawud, dan Abu Ya’la)


Hari ini tanggal 1 Mei adalah Hari Buruh Internasional, hari libur dan banyak buruh melakukan aksi demonstrasi menuntut agar perusahaan-perusahaan tempat mereka bekerja lebih memuliakan mereka: menggaji tinggi, tidak sewenang-wenang dan menuntut pemerintah macam-macam. Saya bisa membayangkan, sebagai pengusaha yang dituntut ini itu oleh para pekerjanya—yang dianggap telah dihidupi—pasti ada rasa dongkol dan andai punya kuasa lebih akan menindaknya. Mereka para buruh atau pekerja pastinya bukan budak, atau lebih tepatnya tidak ingin disebut budak. Jadi mengingat negara memberi kesempatan kepada buruh itu berdemonstrasi, para pengusaha harus lapang dada, apalagi mereka bukan budak.

Terutama kepada perusahaan yang menggaji kecil pekerjanya atau buruhnya, pekerja yang melakukan kesalahan semestinya tak dituntut menanggung kesalahannya. Pekerja rumah tangga biasanya sering mendapat perlakuan tak adil dari majikannya, misalnya memecahkan piring harus mengganti atau dipotong gajinya yang pasti sangat sedikit. Para bawahan, para kuli dan buruh lebih pantas disebut mustad’afiin karena mereka jadi tanggungan majikan, sudah sepantasnya mereka banyak dimaafkan kesalahan-kesalahannya. Karena keberadaan mereka yang lemah itulah, para majikan jadi mulia.


Kini banyak pengusaha-pengusaha muslim di Indonesia. Gairah jadi pengusaha pun sangat luar biasa belakangan ini, terutama di kalangan muda-mudi muslim. Saya punya banyak teman pengusaha, mereka katakanlah pengusaha kecil sehingga masih menggaji pekerjanya dengan kecil pula. Andai mereka pengusaha kecil itu menganggap pekerjanya sebagai keluarga yang susah dan senang ditanggung bersama alangkah baiknya. Jangan sampai majikannya makan di restoran terus dan bisa jalan-jalan setiap minggu tapi pekerjanya setiap hari cuma makan mi instan dan siang malam menghabiskan waktu untuk sang majikan.

Ali bin Abu Tholib ra. mengungkapkan, bahwa kata-kata paling
akhir yang disabdakan oleh Rosululloh Saw adalah, “Peliharalah
sholat. Peliharalah sholat, dan berhati-hatilah kalian dalam
memperlakukan budak-budak (pelayan-pelayan)mu.” 
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Selamat memperingati Hari Buruh se-Dunia. Ingat, Hari Buruh bukan Hari Budak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar