“Barangsiapa
menghindari perdebatan, padahal ia dalam pihak yang benar, niscaya dibangunkan rumah
untuknya di surga yang paling tinggi. Dan barangsiapa meninggalkan perdebatan
sedang ia dalam pihak yang salah, niscaya dibangunkan untuknya rumah di
tengah-tengah surga.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Seorang
saudara pernah pada suatu hari bercerita bahwa dia di tempatnya bekerja dalam
sebuah obrolan dikeroyok beberapa teman kerjanya. Dikeroyok (di sini) maksudnya
bukan secara fisik tapi argumen--yaitu tentang kebiasaan orang-orang NU yang
pada saat pengajian/istighosah membawa sebotol air mineral untuk menampung barokah
doa-doa, yang menurut mereka merupakan laku syirik. Saudara itu mengaku merasa
malu dan hanya bisa mengeluh karena tak mampu membela diri.
Memang,
belakangan saya perhatikan pada setiap acara pengajian umum hampir semua
pengunjung membawa sebotol air mineral yang ternyata bukan untuk diminum saat
haus. Air itu dibawa dari rumah atau dibeli di tempat pengajian (bahkan ada
majelis yang sengaja menyediakan air putih kemasan merek tertentu) sengaja
untuk menampung doa yang lalu dibawa pulang. Entah sejak kapan kebiasaan ini
marak, seingat saya dulu tidak ada pemandangan seperti ini, kecuali pada acara
tahlilan biasanya di depan imam tahlil ada air putih dalam stoples.
Pada
acara pengajian/istighosah tutup botol akan dibuka pada saat doa-doa dibacakan,
lalu diminum beberapa teguk sebelum menutupnya ketika doa telah usai (begitu yang saya saksikan). Apakah kebiasaan
yang menurut saya baru ini ada kaitannya dengan hasil dari penelitian yang
pernah dilakukan Dr. Masaru Emoto dari Jepang yang menurutnya air bisa mendengar
dan partikel molekulnya bisa berubah sesuai dengan apa yang didengarnya? Konon Kristal
air bisa berbentuk indah ketika padanya diperdengarkan musik klasik atau
doa-doa dan jadi berantakan saat yang berbunyi adalah musik Heavy Metal.
Sudah
bukan rahasia, bahwa air sudah lama telah dijadikan media untuk pengobatan. Dulu
waktu kecil ketika meriang saya sering diobati pakai segelas air putih yang
dibacai doa-doa. Dan soal apakah air memiliki keajaiban? sepertinya hasil
penelitian Dr. Masaru Emoto itu layak dibaca.
Jadi
menurut hemat saya selama tindakan seseorang didasarkan pada pengetahuan yang
memadai dia layak dihargai. Lagipula ilmu dan keyakinan sangat mungkin berubah,
asyik aja kali yee.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar