Jumat, 04 Mei 2018

DEBAT ATAU MINUM AIR PUTIH?


“Barangsiapa menghindari perdebatan, padahal ia dalam pihak yang benar, niscaya dibangunkan rumah untuknya di surga yang paling tinggi. Dan barangsiapa meninggalkan perdebatan sedang ia dalam pihak yang salah, niscaya dibangunkan untuknya rumah di tengah-tengah  surga.”
 (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)


Seorang saudara pernah pada suatu hari bercerita bahwa dia di tempatnya bekerja dalam sebuah obrolan dikeroyok beberapa teman kerjanya. Dikeroyok (di sini) maksudnya bukan secara fisik tapi argumen--yaitu tentang kebiasaan orang-orang NU yang pada saat pengajian/istighosah membawa sebotol air mineral untuk menampung barokah doa-doa, yang menurut mereka merupakan laku syirik. Saudara itu mengaku merasa malu dan hanya bisa mengeluh karena tak mampu membela diri.


Memang, belakangan saya perhatikan pada setiap acara pengajian umum hampir semua pengunjung membawa sebotol air mineral yang ternyata bukan untuk diminum saat haus. Air itu dibawa dari rumah atau dibeli di tempat pengajian (bahkan ada majelis yang sengaja menyediakan air putih kemasan merek tertentu) sengaja untuk menampung doa yang lalu dibawa pulang. Entah sejak kapan kebiasaan ini marak, seingat saya dulu tidak ada pemandangan seperti ini, kecuali pada acara tahlilan biasanya di depan imam tahlil ada air putih dalam stoples.

Pada acara pengajian/istighosah tutup botol akan dibuka pada saat doa-doa dibacakan, lalu diminum beberapa teguk sebelum menutupnya ketika doa telah usai (begitu yang saya saksikan). Apakah kebiasaan yang menurut saya baru ini ada kaitannya dengan hasil dari penelitian yang pernah dilakukan Dr. Masaru Emoto dari Jepang yang menurutnya air bisa mendengar dan partikel molekulnya bisa berubah sesuai dengan apa yang didengarnya? Konon Kristal air bisa berbentuk indah ketika padanya diperdengarkan musik klasik atau doa-doa dan jadi berantakan saat yang berbunyi adalah musik Heavy Metal.

Sudah bukan rahasia, bahwa air sudah lama telah dijadikan media untuk pengobatan. Dulu waktu kecil ketika meriang saya sering diobati pakai segelas air putih yang dibacai doa-doa. Dan soal apakah air memiliki keajaiban? sepertinya hasil penelitian Dr. Masaru Emoto itu layak dibaca.

Jadi menurut hemat saya selama tindakan seseorang didasarkan pada pengetahuan yang memadai dia layak dihargai. Lagipula ilmu dan keyakinan sangat mungkin berubah, asyik aja kali yee.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar