Wahai
orang-orang yang beriman, jauhilah dari banyak prasangka, sesungguhnya sebagian
dari prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain,
dan janganlah ada sebagian dari kamu menggunjing sebagian yang lain. Adakah di
antara
kamu yang suka memakan daging saudaamu yang sudah mati? Tentu kamu merasa
jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat
lagi Maha penyayang
( Al Hujurot: 12 )
Beberapa
waktu lalu pernah ada seorang Alim Ulama yang dicela dan dijelek-jelekkan di
media sosial hanya karena mendukung Jokowi dalam Pilpres 2014. Dalam banyak
kesempatan saya juga pernah temui di acara pengajian-pengajian, seorang
penceramah menghujat seorang yang menurut saya lebih alim bahkan menyebut
namanya dengan kata-kata yang tidak semestinya, seperti: laknatulloh. Bagi saya iini
bencana bagi umat.
Ini jelas
masalah serius, umat yang secara umum awam tak semestinya dibiarkan jadi alat
politik kebencian yang sifatnya pribadi. Dan saya sendiri sering merasa
bersalah, ketika tak mampu membela seseorang yang saya –merasa—tahu cukup
banyak keperibadiannya yang luhur, tapi dianggap buruk oleh seseorang yang
modal kebenciannya cuma katanya. Maka saya menyambut positif apa yang dilakukan
Kementerian Agama yang telah merilis nama-nama mubalig sebagai rujukan umat.
Tentu saja
apa yang dilakukan Kementerian Agama ada kekurangannya, tapi negara yang punya
tanggungjawab menjaga keadaan masyarakatnya, menurut saya telah melakukan
tugasnya dan upaya ini patut diapresiasi. Kriterianya pemilihannya mungkin bisa diperjelas,
terutama keteladanan sang mubalig di tengah masyarakat.
Di bawah ini
200 nama mubalig itu, silahkan dicari nama idola anda dan jika tidak ada
bersabarlah karena Kementerian Agama katanya akan terus update sesuai dengan
masukan-masukan yang diterima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar