Minggu, 24 Juni 2018

ROMADLON TELAH BERLALU, TAPI BELUM JAUH


Jabir ra. mengutarakan, Muhammad Rosululloh Saw bersabda,
“Hal-hal yang paling aku takutkan atas umatku adalah perut besar (karena banyak makan), banyak tidur, malas, dan lemah keyakinannya.”
(HR. Daruquthni)


Bulan Romadlon berlalu sudah, kemeriahan lebaran pun telah berubah. Walau baru sepekan lebih bulan Syawal berjalan segalanya sudah seperti hari-hari biasa, kaleng-kaleng makanan saja yang masih berjejer di meja tamu tiap-tiap rumah, dengan isi yang sudah tinggal remah-remah karena walaupun tidak ada tamu namun tuan rumah sedang doyan-doyannya makan. Sebulan belajar menahan nafsu makan ternyata memang tidak cukup untuk membuat manusia berhenti terus-terusan rakus.

Menyalahkan keadaan juga bisa-- pada musim lebaran untuk mendiamkan mulut memang tantangannya berat, orang-orang pada hari-hari lebaran biasanya mondar-mandir ke sana ke mari bertamu dan sudah pasti dihidangi minuman dan makanan. Sehari bertamu ke lima rumah, tentu saja lima kali akan bertemu suguhan yang sedikit atau banyak akan dinikmati. Sudah tentu ada orang-orang yang mampu menahan diri tidak larut dalam keadaan, tapi dalam situasi yang serba berlebihan orang-orang cenderung memaklumi ketololan dan kekonyolan.

Saya sendiri pernah beberapa kali pada musim lebaran, sampai sulit duduk karena makan ini makan itu tanpa merasa kenyang. Apalagi pada masa lebaran banyak jenis makanan yang pada kesempatan lain sulit ditemui, seakan mumpung ada jadi dipuas-puasin. Kalau sudah sulit berhenti makan saya jadi ingat waktu kecil memelihara anak bebek yang ketika diberi makan tak bisa berhenti makan sampai temboloknya penuh dan tak bisa bergerak kemudian mati semua.

Musim lebaran juga musim libur. Pada musim libur orang yang biasa kerja di kantoran biasanya ketika tidak keluar rumah yang dilakukannya adalah bermalas-malasan: makan, duduk-duduk dan tidur. Mereka yang pada lebaran pulang mudik, umunya ketika sudah bersilaturohim dan pergi ke tempat wisata yang dilakukannya  selama menikmati kampung halaman adalah berdiam di dalam rumah dengan melakukan kegiatan makan, duduk-duduk dan tidur itu. Dan semuanya terasa damai sampai segala makanan habis dan persediaan uang menipis.

Apakah sifat dasar manusia: rakus, malas dan lemah pendirian? Bisa saja dijawab tidak, tapi kebanyakan manusia—khususnya di negeri ini-- demikian adanya. Bulan Romadlon dengan puasanya secara bersamaan menjadi sarana pembentuk pribadi yang tidak rakus (dengan menahan makan makanan yang halal), tidak malas (tidak makan siang hari padahal waktunya bekerja) dan teguh pendirian dengan mematuhi ketetapan waktu, tapi sekaligus dengan gamblang menegaskan sifat rakus, malas dan lemahnya pendirian manusia. Mereka memang kuat tidak makan minum di siang hari, tapi lihatlah prilaku mereka secara umum pada menjelang waktu berbuka puasa.

Sering saya berpikir, jangan-jangan selama ini saya puasa hanya dapat haus dan lapar saja. Dari tahun ke tahun rasanya hidup hanya menjalani rutinitas yang lazim dilakukan banyak manusia. Kebaikan yang saya yakini hanya kebaikan menurut orang banyak. Dan apa yang diyakini sebagai prinsip hidup pun tidak begitu jelas. Ya Allah, masukkanlah ke dalam hatiku nur, ke lidahku nur, ke dalam pandanganku nur, ke pendengaranku nur, di arah kanan dan kiriku nur, di arah atas dan bawahku nur, di depan dan di belakangku nur dan anugerahkanlah ke dalam diriku nur.

Karena masih dalam suasana lebaran, saya ucapkan  taqobalallohu minna waminkum taqobal ya karim minal aidin wal faizin.

6 komentar:

  1. Renungan yang sangat penting ini. Terima kasih banyak yaa...

    Taqobalallohu minna waminkum, taqobal ya karim, minal aidin wal faizin.

    BalasHapus
  2. Saya malah puasa bukannya mikirin ibadah tapi mikirin libur lebaran sama thr doang, hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Riza: bagus itu, ada yang dipikirin lebih baik daripada tidur terus haha

      Hapus
  3. Semoga bisa dipertemukan lg dgn ramadan tahun depan

    BalasHapus