Jabir
ra. mengutarakan, Muhammad Rosululloh Saw bersabda,
“Hal-hal
yang paling aku takutkan atas umatku adalah perut besar (karena banyak makan),
banyak tidur, malas, dan lemah keyakinannya.”
(HR. Daruquthni)
Bulan
Romadlon berlalu sudah, kemeriahan lebaran pun telah berubah. Walau baru
sepekan lebih bulan Syawal berjalan segalanya sudah seperti hari-hari biasa,
kaleng-kaleng makanan saja yang masih berjejer di meja tamu tiap-tiap rumah,
dengan isi yang sudah tinggal remah-remah karena walaupun tidak ada tamu namun
tuan rumah sedang doyan-doyannya makan. Sebulan belajar menahan nafsu makan
ternyata memang tidak cukup untuk membuat manusia berhenti terus-terusan rakus.
Menyalahkan
keadaan juga bisa-- pada musim lebaran untuk mendiamkan mulut memang
tantangannya berat, orang-orang pada hari-hari lebaran biasanya mondar-mandir
ke sana ke mari bertamu dan sudah pasti dihidangi minuman dan makanan. Sehari bertamu
ke lima rumah, tentu saja lima kali akan bertemu suguhan yang sedikit atau
banyak akan dinikmati. Sudah tentu ada orang-orang yang mampu menahan diri
tidak larut dalam keadaan, tapi dalam situasi yang serba berlebihan orang-orang
cenderung memaklumi ketololan dan kekonyolan.
Saya
sendiri pernah beberapa kali pada musim lebaran, sampai sulit duduk karena
makan ini makan itu tanpa merasa kenyang. Apalagi pada masa lebaran banyak
jenis makanan yang pada kesempatan lain sulit ditemui, seakan mumpung ada jadi
dipuas-puasin. Kalau sudah sulit berhenti makan saya jadi ingat waktu kecil
memelihara anak bebek yang ketika diberi makan tak bisa berhenti makan sampai
temboloknya penuh dan tak bisa bergerak kemudian mati semua.
Musim
lebaran juga musim libur. Pada musim libur orang yang biasa kerja di kantoran
biasanya ketika tidak keluar rumah yang dilakukannya adalah bermalas-malasan:
makan, duduk-duduk dan tidur. Mereka yang pada lebaran pulang mudik, umunya
ketika sudah bersilaturohim dan pergi ke tempat wisata yang dilakukannya selama menikmati kampung halaman adalah
berdiam di dalam rumah dengan melakukan kegiatan makan, duduk-duduk dan tidur
itu. Dan semuanya terasa damai sampai segala makanan habis dan persediaan uang
menipis.
Apakah
sifat dasar manusia: rakus, malas dan lemah pendirian? Bisa saja dijawab tidak,
tapi kebanyakan manusia—khususnya di negeri ini-- demikian adanya. Bulan Romadlon
dengan puasanya secara bersamaan menjadi sarana pembentuk pribadi yang tidak
rakus (dengan menahan makan makanan yang halal), tidak malas (tidak makan siang
hari padahal waktunya bekerja) dan teguh pendirian dengan mematuhi ketetapan
waktu, tapi sekaligus dengan gamblang menegaskan sifat rakus, malas dan lemahnya
pendirian manusia. Mereka memang kuat tidak makan minum di siang hari, tapi
lihatlah prilaku mereka secara umum pada menjelang waktu berbuka puasa.
Sering
saya berpikir, jangan-jangan selama ini saya puasa hanya dapat haus dan lapar
saja. Dari tahun ke tahun rasanya hidup hanya menjalani rutinitas yang lazim
dilakukan banyak manusia. Kebaikan yang saya yakini hanya kebaikan menurut
orang banyak. Dan apa yang diyakini sebagai prinsip hidup pun tidak begitu
jelas. Ya Allah, masukkanlah ke dalam hatiku nur, ke lidahku nur, ke dalam pandanganku
nur, ke pendengaranku nur, di arah kanan dan kiriku nur, di arah atas dan
bawahku nur, di depan dan di belakangku nur dan anugerahkanlah ke dalam diriku
nur.
Karena masih dalam suasana lebaran, saya ucapkan taqobalallohu minna waminkum taqobal ya karim minal
aidin wal faizin.
Renungan yang sangat penting ini. Terima kasih banyak yaa...
BalasHapusTaqobalallohu minna waminkum, taqobal ya karim, minal aidin wal faizin.
AMA: terimakasih kunjungannya mas
HapusSaya malah puasa bukannya mikirin ibadah tapi mikirin libur lebaran sama thr doang, hahaha
BalasHapusRiza: bagus itu, ada yang dipikirin lebih baik daripada tidur terus haha
HapusSemoga bisa dipertemukan lg dgn ramadan tahun depan
BalasHapusNathalia: amin
Hapus