Saya tidak tahu pasti dari mana asal makanan yang bahannya dari beras ini, namun
saya menduga dari ujung barat sampai ujung timur pulau Jawa masyarakatnya
mengenal makanan yang pembungkusnya dari daun pisang ini. Ada model lain dari makanan jenis ini, cuma dengan pembungkus dari “blarak” atau daun
kelapa, namanya ketupat, tapi lontong sepertinya lebih mudah ditemui di
keseharian. Dan saya akrab dengan
ketupat—saya kira—hanya karena kagum dengan bungkusnya yang unik dan namanya
yang seakan tak bisa dipisahkan dengan perayaan Hari Raya Iedul Fitri, tapi
dalam hal menikmati, bisa dibilang—kalau
kata Orang Betawi: lontong gue banget.
Mungkin karena ribet, dimana musti membuat bungkus makanan dari daun kelapa dengan cara menyulam, maka di keluarga saya hampir tak pernah membuat ketupat. Setiap
Lebaran pasti yang terhidang lontong, maka ketika memakan ketupat ada sesuatu
yang dirasa-rasa tak enak di hati. Warna hijau pengaruh daun pisang, bentuknya
yang berupa irisan-irisan berbentuk bulat juga menimbulkan sensasi tersendiri. Dan
lontong lebih lunak dari ketupat.
Sebenarnya dalam penyebutan, istilah lontong atau ketupat biasa rancu
karena bisa saja orang menyebut ketupat padahal lontong. Di hari lebaran yang
khas dengan ketupat, orang-orang akan lebih mudah mengucap ketupat walaupun
yang ada dihadapan mereka adalah lontong. Tapi pasti, tak ada orang menyebut
ketupat dengan sebutan lontong. Maka, coba saja diperhatikan, ada istilah
ketupat sayur dan lontong sayur di Jakarta, saya yakin ini muncul dari
kesadaran bahwa lontong dan ketupat itu berbeda.
Membuat lontong sudah pasti lebih mudah daripada bikin ketupat. Lontong cukup
dengan daun pisang digulung membentuk pipa yang ukuran panjang dan diameternya
bisa sesuai selera. Setelah membentuk pipa salah satu ujungnya dilipat lalu dikunci
dengan lidi. Kemudian beras dengan takaran tertentu dimasukan lewat sisi yang
masih terbuka, lalu dikunci dengan cara yang sama. Bandingkan dengan ketupat, dan saya yang tak
pernah membuatnya karena selalu gagal setiap kali belajar membuat anyaman dari
daun kelapa berbentuk kotak itu jelas tak akan menerangkan detil proses
pembuatannya di sini. Walaupun bagi anda yang mahir membuatnya pasti geli
membaca uraian saya ini.
Biasanya merebus beras yang berada dalam bungkus daun pisang ini
menghabiskan waktu empat sampai lima jam. Api harus besar dan air rebusannya tak
boleh berkurang, jadi selama perebusan kondisi airnya terus dikontrol dan
ditambah lagi ketika menyusut. Saya tidak tahu apakah bisa kurang dari waktu
yang saya sebutkan itu, yang pasti pengalaman saya merebus lontong dengan bahan
bakar kayu begitu adanya.
Dan terakhir bikin lontong adalah kemarin saat longweekend. Saat itu di
rumah ada acara Jamiyah Mingguan, dan brekat-nya adalah lontong sayur. Apakah
ada yang tak mengenal lontong dan belum pernah merasainya? Cobalah bikin dan
nikmati sensasinya, jangan terlalu asyik makan singkong rebus sama tikus
panggang.
gambar-gambarnya mohon diperbanyak dan preslist (daftar harga)
BalasHapusapa aja yang di jual.hehe